THE STORY ABOUT KI HAJAR DEWANTARA

THE STORY ABOUT KI HAJAR DEWANTARA

did you know …
When Ki hajar Dewantoro was young, his parents gived him name Raden Mas Soewardi Soeryadiningrat but itsn’t the truly of all. R.M. Soewardi Soeryadiningrat was born from the K.P.A Suryaningrat and R. A. Sandinah. his parents was hanger a baby son, but they rather disappointed when they were looking their baby condition. his weight less than 3kg, his stomache puffed up, and his crying sound so soft and gentle for the baby boy.
the prince was a humorist people, so he got derision jemblung (mean: puffed up). This name was added by suryaningrat prince’s friend , kyai soleman. He was caretaker of islam boarding school in Prambanan, with name Trunogati. But different with soewardi’s dad, he saw deeper that the baby who softer would be listened by everyone. Beside that his stomache which puffed up gived feeling, later he would absorb many knowledge. moreover, when he adult, he would become the important people ( truno : Pemuda; Wipati= penting). but in his closest society, the little soewardi was more popular with Jemblung Joyo Trunogati alias Denmas Jemblung
So now You Know that before Ki hajar replace his name . he had name Jemblung Joyo Trunogati

Written By Raras PGSD
Read More
MANAJEMEN WAKTU UNTUK MAHASISWA

MANAJEMEN WAKTU UNTUK MAHASISWA

Banyak mahasiswa, terutama mahasiswa baru, merasa bahwa kebiasaan belajar yang dilakukannya sudah memadai. Manajemen waktu yang dilakukan sudah efisien. Terbukti di SMA dulu mereka adalah murid terpandai atau setidaknya tidak pernah merasa kesulitan mendapatkan nilai yang baik. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, beberapa diantara mahasiswa ini menyadari bahwa nilai yang diperoleh tidaklah secermelang seperti ketika di SMA. Nilai A atau B sepertinya sulit dijangkau. Mengapa? Apa sebenarnya yang terjadi? Salah satu jawabannya mungkin karena ketrampilan belajar, termasuk manajemen waktunya, kurang efektif. Kuliah di perguruan tinggi memang berbeda dengan belajar di SMA, karena itu manajemen waktu yang ada mestinya turut disesuaikan.

Memang tidak ada satu cara yang ampuh yang berlaku bagi semua orang dalam manajemen waktu, tetapi dengan mengenali diri sendiri dengan lebih baik anda dapat menentukan bagaimana anda akan mempergunakan waktu anda dengan lebih efektif. Patut pula diingat bahwa inti dari manajemen waktu adalah konsentrasi pada hasil dan bukan sekedar menyibukkan diri. Banyak orang menghabiskan hari-harinya dengan berbagai kegiatan yang seakan tiada habisnya tetapi tidak mendapat capaian apapun karena kurang konsentrasi pada hal yang benar.
Semester ganjil (PTA) 2005/2006 telah berakhir dan semester genap (ATA 2005/2006) sudah dimulai. Mungkin sekaranglah waktu yang tepat untuk mulai melakukan majamen waktu yang lebih sesuai.

Siklus Manajemen Waktu

Salah satu sistem manajemen waktu yang bisa dipilih oleh mahasiswa adalah menggunakan sistem siklus pada setiap tahun ajaran atau setiap semester. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai manajeman waktu. Umumnya sistem ini dimulai dengan menetapkan tujuan (goal setting) untuk mengukuhkan konteks bagi manajemen waktu. Berikutnya adalah menelusuri penggunaan waktu dan membangun kesadaran tentang bagaimana anda akan menghabiskan waktu. Tahap ketiga adalah membuat rencana, dan ini termasuk membuat to do list, rencana mingguan, rencana bulanan, dan rencana semesteran. Tahap keempat adalah memantau (self monitoring) apa yang telah dikerjakan. Pada tahap ini anda menilai seberapa baik anda menjalankan rencana, seberapa akurat anda membuat rencana, seberapa tepat anda menduga kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan sebagainya. Tahap akhir dari siklus manajemen waktu ini adalah pergeseran dan penyesuaian waktu dimana anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum memulai siklus yang baru.

Kuis Manajemen Waktu
Sebelum memulai melakukan manajemen waktu, ada baiknya anda evaluasi terlebih dahulu apa yang telah anda lakukan selama ini dengan menjawab pertanyaan berikut: Pertama, lima kegiatan/aktivitas apa yang paling banyak menyita waktu anda (menonton tv, main PS, jalan-jalan ke mall, belajar, tidur, ngobrol, atau apa?). Kedua, jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
•Apakah anda mengestimasi berapa jam anda membutuhkan waktu untuk belajar setiap minggu?
•Apakah anda selalu tepat waktu dalam mengerjakan tugas?
•Apakah anda mulai mengerjakan tugas akhir/penulisan ilmiah pada awal semester?
•Apakah anda membuat daftar apa yang harus dikerjakan (to do list)?
•Apakah anda menentukan target tertentu untuk setiap periode studi?
•Apakah anda memulai belajar dengan mengerjakan tugas/pr yang paling sulit?
•Apakah anda menyelesaikan belajar anda selama jam produktif setiap harinya?
Kalau jawaban anda pada kuis di atas lebih banyak “Tidak” dari pada “Ya”, maka sudah saatnya anda melakukan manajemen waktu yang baru.

Langkah untuk Meningkatkan Manajemen Waktu
Di awal tulisan telah disebutkan bahwa, mula-mula anda harus menetapkan tujuan. Apakah anda punya target yang ingin anda capai pada semester sekarang? Jika anda sudah yakin dengan tujuan dan target yang ingin anda raih pada semester ini, maka anda sudah bisa memulai membuat jadwal semester.
1.Membuat Jadwal Semester
a.Catat tugas mata kuliah yang telah diketahui: paper, proyek penelitian, kuis, dan sejenisnya. Mencatat tugas pada setiap awal semester membuat anda mengetahui kapan anda membutuhkan waktu lebih banyak untuk kegiatan akademik dan kapan anda punya waktu lebih longgar untuk aktivitas lainnya
b.Catat aktivitas ko-kurikuler termasuk hari kerja (jika bekerja), pertemuan atau rapat organisasi, aktivitas sosial, jadwal keluar kota (pulang kampung di akhir pekan atau liburan), dan sejenisnya. Mencatat aktivitas ko-kurikuler memungkinkan anda mendapat gambaran yang lebih akurat tentang seberapa penuh atau seberapa luang jadwal anda selama satu semester. Aktivitas non akademik ini penting untuk menciptakan keseimbangan pada jadwal anda
Penting untuk diingat bahwa setelah anda mempunyai jadwal kegiatan semesteran ini, anda perlu memperbaharui jadwal semester ini secara berkala. Perubahan tenggat waktu pengumpulan tugas, misalnya, atau tugas matakuliah yang baru dan aktivitas lain yang perlu direncanakan, menyebabkan jadwal harus dikoreksi dan diperbaharui. Mempunyai jadwal semester yang akurat penting untuk tahap berikutnya dari proses ini, yaitu merencanakan beban kerja mingguan.
2.Menilai dan Merencanakan Jadwal Mingguan
a.Buat daftar apa yang harus dikerjakan dalam minggu depan, termasuk tugas kuliah, praktikum, kuis. Buatlah daftar ini inklusif, karena segala sesuatu membutuhkan waktu, apakah itu membaca satu bab, mengerjakan soal latihan, atau menulis outline untuk makalah penelitian
b.Masukkan dalam daftar apa yang harus dikerjakan minggu itu: aktivitas ko-kurikuler, jam kerja, olah raga, makan, dan kumpul dengan teman. Aktivitas sehari-hari dan aktivitas ko-kurikuler penting dan menciptakan keseimbangan hidup, walaupun itu berarti mengambil waktu belajar. Mempersiapkan makan dan mandi, misalnya, atau menghadiri rapat organisasi bisa menghabiskan waktu sebanyak waktu untuk membaca satu bab buku ajar
c.Estimasikan berapa lama setiap tugas dapat diselesaikan. Setiap aktivitas membutuhkan waktu yang berbeda, sehingga penting sekali untuk mengestimasikan berapa lama setiap tugas dapat diselesaikan dan menyediakan waktu untuk tugas tersebut. Bila anda tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, lebih baik mengestimasikan waktu secara konservatif. Jika anda dapat menyelesaikan waktu 30 menit lebih cepat dari yang anda perhitungkan, anda dapat menggunakan waktu sisanya untuk mengerjakan apapun yang anda suka, tetapi jika anda tidak dapat menyelesaikan dalam waktu yang telah direncanakan maka anda harus mengambil waktu dari kegiatan lain untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang direncanakan.
d.Identifikasi pada hari apa setiap tugas akan diselesaikan, selalu ingat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap tugas itu dan hal-hal lain yang juga harus dikerjakan pada hari itu. Dengan melihat jadwal minggu itu dan menyadari apa saja yang harus dikerjakan setiap harinya, tenggat tidak akan terlewati. Anda dapat membuat penyesuaian pada minggu tersebut, misalnya, jika anda melihat ada tugas yang membutuhkan waktu 6 jam untuk menyelesaikannya padahal hanya ada waktu tiga jam sebelum tenggat.
Membuat jadwal minggu berikutnya setiap jumat petang atau jumat malam adalah suatu kebiasaan yang baik. Karena jika minggu berikutnya jadwal sangat padat, maka akan sangat membantu jika menyelesaikan sebagian tugas pada akhir pekan itu agar tekanan pada minggu yang akan datang berkurang.
3.Jadwal Setiap Hari
a.Tulis jadwal harian pada setiap pagi. Termasuk tugas-tugas yang belum selesai dari hari sebelumnya. Pembuatan jadwal harian ini hanya membutuhkan beberapa menit saja karena anda sudah mempunyai jadwal mingguan sebagai pedoman. Gunakan kartu indeks atau buku kecil atau notes untuk mencatat jadwal harian ini agar anda dapat membawanya kemana-mana dan memeriksanya setiap saat untuk menandai tugas mana saja yang sudah diselesaikan.
b.Berikan skala prioritas untuk setiap tugas harian yang telah ditulis. Beberapa aktivitas harus dikerjakan hari itu dan sebagian lagi mungkin merupakan opsional untuk diselesaikan hari itu. Anda dapat menggunakan sistem A,B, C untuk memberi prioritas pada setiap tugas. A diberikan pada tugas yang harus diselesaikan pada hari itu dan C adalah opsional, sedangkan B penting tetapi tidak sepenting A. Cobalah untuk menyelesaikan semua tugas A sebelum mulai mengerjakan tugas B, dan akhirnya yang C. Cara ini dapat mengurangi tingkat stress karena beban tugas yang cukup banyak.
4.Evaluasi Setiap Jadwal
a.Evaluasi jadwal setiap pagi. Tanyakan pada diri sendiri apakah jadwal hari itu cukup realistis. Tuliskan berapa jam setiap tugas akan diselesaikan. Jika dirasa tidak mungkin diselesaikan, buang beberapa tugas dengan prioritas B dan C dari jadwal
b.Evaluasi jadwal setiap malam. Apakah semua tugas dalam daftar telah diselesaikan? Jika tidak, mengapa? Apakah karena jadwalnya tidak realistis atau manajemen waktunya yang tidak efektif? Apa penyesuaian yang bisa dilakukan agar di lain waktu anda dapat membuat jadwal yang lebih baik?

Mengupayakan agar Manajemen Waktu Berjalan dengan Baik
Menurut sistem kredit semester (SKS) mahasiswa belajar setidaknya dua jam di luar kelas untuk setiap jam belajar di kelas (ada universitas yang merekomendasikan lebih dari dua jam!). Jika seorang mahasiswa mengambil 18 SKS, yang berarti kuliah di kelas 18 jam per minggu, maka mahasiswa tersebut harus belajar sedikitnya 36 jam per minggu di luar kelas secara mandiri. Jadi mahasiswa tersebut harus merencanakan total jam belajar di kelas dan di luar kelas sebanyak 54 jam per minggu.
Pada awal tulisan, anda sudah mengidentifikasi lima kegiatan yang paling banyak menyita waktu anda. Nah, apakah anda siap untuk mengurangi atau mengganti aktivitas yang anda rasa dapat menggagalkan target belajar anda?

Berikut adalah beberapa strategi yang mungkin membantu membuat jadwal Anda menjadi efektif dan efesien.

1.Identifikasi waktu terbaik pada setiap harinya.
Apakah Anda termasuk seorang “night person” atau “morning person”? Gunakan kekuatan waktu tersebut untuk belajar. Belajar pada waktu terbaik setiap harinya - apakah itu pagi (jika anda seorang “morning person”) atau malam hari (jika anda seorang “night person”) - memungkinkan anda menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih singkat.

2.Belajar subyek yang sulit atau membosankan lebih dulu.
Dalam keadaan segar, informasi dapat diproses lebih cepat dan anda jadi lebih menghemat waktu. Alasan lainnya adalah lebih mudah mendapatkan motivasi untuk mempelajari sesuatu yang menyenangkan pada saat lelah daripada mempelajari subyek yang membosankan.

3.Pastikan bahwa lingkungan sekitar kondusif untuk belajar.
Perpustakaan adalah tempat yang baik untuk belajar karena satu-satunya yang bisa dilakukan di perpustakaan adalah belajar. Tetapi jika perpustakaan tidak memungkinkan untuk belajar (karena jam operasi yang terbatas, misalnya), carilah tempat (dan waktu) yang memang benar-benar jauh dari gangguan.

4.Jangan tinggalkan rekreasi dan hiburan.
Kuliah di perguruan tinggi tidak berarti anda harus belajar sepanjang waktu. Anda harus tetap mempunyai kehidupan sosial demi keseimbangan hidup anda. Jadi, tidak ada salahnya anda menjadwalkan berkunjung dan mengobrol dengan teman atau mengerjakan hobi anda yang lain.

5.Usahakan anda punya waktu tidur dan makan yang cukup dan berkualitas.
Tidur seringkali dianggap sebagai “bank” dalam manajemen waktu. Maksudnya, setiap kali anda mendapat tugas yang membutuhkan waktu cukup banyak, anda akan “mengambil” waktu tidur anda untuk mengerjakan tugas. Hal ini jelas tidak efektif karena anda pasti akan memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengerjakan tugas karena tubuh anda kelelahan sehingga kurang konsentrasi. Jadi kebutuhan tidur anda haruslah tetap diperhatikan.

6.Manfaatkan waktu menunggu atau kombinasikan dua kegiatan.
Jika anda menggunakan transpotasi umum untuk pergi dan pulang dari kampus anda seringkali harus menunggu beberapa menit bahkan beberapa jam di halte atau peron. Mengapa tidak manfaatkan waktu menunggu tersebut untuk membaca? Bawalah catatan atau ringkasan kuliah kemana pun anda pergi dan baca setiap ada kesempatan meskipun hanya satu paragraf.
Jika anda menggunakan kendaraan pribadi, mobil misalnya, jangan membaca sambil mengemudi karena sangat berbahaya. Tapi tidak berarti tidak bisa belajar selama perjalanan. Dengarkan saja rekaman belajar anda sendiri dari kaset.

Nah, anda sekarang sudah mempunyai manajemen waktu anda sendiri. Selamat belajar dan semoga sukses.
Read More
HAKIKAT KALIMAT BAKU DAN CONTOHNYA

HAKIKAT KALIMAT BAKU DAN CONTOHNYA

Ada beberapa istilah yang dalam konteks soal tes memiliki pengertian yang sama atau dapat disamakan dengan kalimat baku. Istilah-istilah itu, misalnya, kalimat efektif dan kalimat yang baik dan benar. Kalimat baku adalah sebuah kalimat standar yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah mempergunakan kalimat-kalimat yang secara umum dikenal sebagai ragam tulis formal. Meskipun banyak di antara kita pernah membaca atau bahkan menulis karya ilmiah, kemampuan kita mengenali atau menulis dengan kalimat yang baku masih sedikit yang memilikinya.
Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika memenuhi syarat-syarat: (1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan (4) kaidah ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi. Jika ada yang tidak terpenuhi, kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat baku.

Struktur Kalimat
Syarat struktur kalimat adalah syarat yang berhubungan dengan kaidah-kaidah kalimat. Berikut ini beberapa kaidah kalimat yang sering diabaikan sehingga kalimat yang kita buat bukanlah sebuah kalimat baku.

Memiliki S dan P
Kalimat baku harus memiliki S dan P. Ketidakhadiran S atau P menyebabkan kalimat tidak baku.
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.

Jika dianalisis unsur-unsurnya, kalimat tersebut tidak memiliki S. Kelompok kata dalam rapat itu berfungsi sebagai K sebab merupakan frase preposisional yang diawali preposisi dalam. Kata membahas menempati fungsi P. Kelompok kata masalah kenaikan gaji pegawai adalah O kalimat itu. Pola kalimat tersebut adalah
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
K P O
Karena itu, kalimat tersebut tidak merupakan kalimat baku. Agar menjadi kalimat baku, perbaikan dapat dilakukan sebagai berikut:
Menghilangkan preposisinya sehingga menjadi frane nominal, dengan demikian kalimat itu menjadi

(1a) Rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.
S P O

Mengubah kata kerja membahas dalam kalimat itu menjadi dibahas sehingga kalimat itu menjadi
(1b) Dalam rapat itu dibahas masalah kenaikan gaji pegawai.
K P S

Perhatikan kalimat (2) di bawah ini!
(2) Kecelakaan lalu lintas itu sebab kecerobohan sopir.
Analisis unsurnya menunjukkan kelompok kata kecelakaan lalu lintas menempati S, sedangkan sebab kecerobohan sopir yang merupakan frase preposisional (diawali sebab yang pada kalimat itu menjadi kata depan) dan menempati fungsi K. Dengan demikian, kalimat tersebut berpola
(2) Kecelakaan lalu lintas itu sebab kecerobohan sopir.
S K
Ternyata kalimat tersebut tidak memiliki P sehingga dapat dianggap sebagai kalimat tidak baku. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara
Mengubah sebab menjadi disebabkan sehingga kalimat menjadi
(2a) Kecelakaan lalu lintas itu disebabkan kecerobohan sopir.
S P Pel.

Menambahkan kata lain, misalnya kata terjadi, yang akan berfungsi sebagai P
(2b) Kecelakaan lalu lintas itu terjadi sebab kecerobohan sopir.
S P K

Perhatikan kalimat (3) di bawah ini!
(3) Jika ekspedisi tersebut tidak menemukan sepotong fosil pun, maka dana ekspedisi harus dikembalikan.

Pada kalimat tersebut terdapat konjungsi subordinatif jika dan maka. Konjungsi jika dan maka menandai bahwa klausa yang mengikuti konjungsi tersebut merupakan klausa terikat yang merupakan perluasan unsur K. Jadi, kalimat tersebut tidak memiliki S dan P sebab unsur yang ada pada kalimat tersebut semuanya K. Jika dipolakan akan terlihat polanya seperti di bawah ini

(3) Jika ekspedisi tersebut tidak menemukan sepotong fosil pun,
K
maka dana ekpedisi harus dikembalikan.
K

Agar menjadi kalimat baku, yang dapat dilakukan terhadap kalimat tersebut adalah menghilangkan salah satu konjungsinya tergantung pada hubungan antarklausa yang dikehendaki.

(3a) Jika ekspedisi tidak menemukan sepotong fosil pun,
K
dana ekspedisi harus dikembalikan.
S P
Kalimat (3a) merupakan perbaikan kalimat (3) dengan menghilangkan konjungsi maka sehingga hubungan antarkalimat yang terjadi adalah hubungan syarat atau pengandaian.

(3b) Ekspedisi tidak menemukan sepotong fosil pun
S P O
maka dana ekspedisi harus dikembalikan.
K

Kalimat (3b) juga merupakan hasil perbaikan kalimat (3), hanya yang dihilangkan adalah konjungsi jika dan hubungan antarklausa yang terjadi adalah hubungan akibat.

Hubungan P dengan unsur yang mengikutinya.
Unsur P dapat diikuti O, Pel., atau K bergantung pada jenis kata yang mengisi unsur P itu. Jika P ditempati oleh kata yang bukan kata kerja, berarti dalam kalimat itu tidak ada O atau Pel. Di dalam kalimat aktif transitif, hubungan P dan O sangat rapat sehingga tidak boleh disisipi preposisi. Perhatikan kalimat (4) di bawah ini.

(4) Kami akan mendiskusikan tentang hal itu nanti.
S P O

Berdasarkan polanya terlihat bahwa kalimat (4) adalah kalimat aktif transitif, tetapi kalimat itu menjadi tidak baku sebab antara P dan O-nya terdapat preposisi tentang. Agar menjadi kalimat baku, semestinya preposisi tentang pada kalimat itu dihilangkan sehingga kalimat menjadi

(4a) Kami akan mendiskusikan hal itu.
S P O

Bila kita ingin mempertahankan preposisi tentang, P kalimat (4) harus diubah menjadi kata kerja berpartikel. Agar menjadi kata kerja berpartikel, kata mendiskusikan diubah menjadi berdiskusi sehingga kalimat menjadi

(4b) Kami akan berdiskusi tentang hal itu.
S P Pel.

Jadi, perlu diingat bahwa dalam kalimat aktif transitif antara P dan O tidak boleh terdapat preposisi.

Pemasifan dengan tepat
Berbicara tentang kalimat pasif biasanya sebagian besar di antara kita terbayang kalimat dengan P berupa kata kerja berawalan di-. Padahal, ada bentuk kalimat pasif yang justru tidak boleh mempergunakan kata kerja berawalan di-. Bilamana kita menggunakan di- atau tidak akan dijelaskan di bawah ini. Perlu diingat yang dapat dipasifkan adalah kalimat aktif transitif, selain itu tidak dapat dipasifkan.
Perhatikan kalimat (5) di bawah ini.

(5) Kita sedang membicarakan kenaikan tarif listrik.
S P O

Kalimat (5) berdasarkan polanya termasuk ke dalam kalimat aktif transitif sehingga kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat pasif. Sebelum dilakukan pemasifan, kita harus perhatikan dulu kata yang menempati unsur S. S kalimat (5) diisi oleh kata kita yang ternyata termasuk ke dalam pronomina persona (kata ganti orang) pertama. Dalam kaidah bahasa Indonesia, jika S kalimat aktif ditempati oleh pronomina persona pertama dan kedua, pemasifan tidak boleh dengan cara mengubah me- menjadi di- pada predikatnya. Langkah pemasifan dengan S berupa pronomina persona pertama dan kedua sebagai berikut
Hilangkan awalan me- pada kata yang menempati P.
Bila ada adverbia (akan, sedang telah, tidak, …) ke depan pronomina.
Bagian O pada kalimat aktifnya dapat diletakkan di awal atau akhir kalimat.

Hasil pemasifan dengan cara di atas terlihat pada kalimat di bawah ini.
(5a) Sedang kita bicarakan kenaikan tarif listrik.
(5b) Kenaikan tarif listrik sedang kita bicarakan.


Pelesapan unsur dalam kalimat majemuk
Kalimat majemuk baik setara maupun bertingkat sering mengalami pelesapan unsur yang disebabkan satu atau lebih unsur pada klausa-klausanya diisi oleh kata atau frase yang sama. Misalnya,


(6) Sebab tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab soal itu.
P K S P O

Kalimat (6) di atas merupakan kalimat yang mengalami pelesapan S. Asalnya kalimat itu berbunyi
(6a) Sebab Andika tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab soal itu.
S P K S P O

Kalimat (6a) terdiri atas dua klausa: klausa pertama sebab Andika tidak belajar dan klausa kedua Andika tidak bisa menjawab soal itu. Kedua klausa itu ternyata memiliki S yang sama yaitu Andika. Sebab itu, kata Andika yang mengisi S pada klausa pertama harus dihilangkan agar kalimat lebih hemat. Hasil menghilangkan unsur pada salah satu klausa sebab adanya kesamaan kata/frase yang mengisi unsur yang sama pada dua klausa yang berbeda dalam satu kalimat itu disebut kalimat majemuk pelesapan.

Mari kita analisis kalimat (7) di bawah ini.

(7) Setelah dijemur seharian, Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu.
P K S P O

Kalimat (7) terdiri atas dua klausa: klausa pertama setelah dijemur seharian dan klausa kedua
Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu. Klausa pertama tidak memiliki S, sedangkan klausa kedua memiliki S, yaitu Ibu Tuti. Jika kita menduga bahwa kalimat (7) merupakan kalimat pelesapan S, kita akan keliru sebab S pada klausa pertama tidak mungkin Ibu Tuti.
(7a) Setelah Ibu Tuti dijemur seharian, Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu.
S P K S P O
Rasanya sulit untuk menerima kalimat (7a) di atas sebab tidak mungkin yang dijemur dalam kalimat tersebut adalah Ibu Tuti. Jadi, kalimat (7) bukan pelesapan S. Kalaupun kita mengatakan bahwa yang dilesapkan adalah kerupuk itu, itu pun keliru sebab kerupuk itu pada klausa kedua menempati O, sedangkan klausa pertama kehilangan S. Jadi, sebenarnya kalimat (7) bukanlah kalimat baku sebab pelesapan yang terjadi pada kalimat itu tidak tepat. Jika diperbaiki, kalimat (7) semestinya berbunyi

(7b) Setelah dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.
P K S P Pel.

Perubahan yang terjadi pada kalimat (7b) menghasilkan kalimat baku. Kalimat (7b) mengalami pelesapan S sebab berasal dari kalimat

(7c) Setelah kerupuk itu dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.
S P K S P Pel.


Memperhatikan asas kesejajaran bentuk/paralelisme
Asas kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat merupakan penerapan peristiwa morfologis dalam proses sintaksis. Proses morfologis biasanya berkaitan dengan pemakaian imbuhan, sedangkan proses sintaksis adalah proses penyusunan sebuah kalimat. Asas kesejajaran dipakai sebab berkaitan dengan keruntutan proses berpikir.
Perhatikan kelompok kata di bawah ini.

(8) Pusat Pendidikan dan Latihan

Kelompok kata (8) tidak menerapkan asas kesejajaran. Kata pendidikan dibentuk dari kata dasar yang diberi konfiks pe-an, sedangkan kata latihan dibentuk dari kata dasar yang diberi akhiran –an. Agar sejajar, semestinya kata latihan diganti menjadi pelatihan.

(8a) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Kalimat (9) di bawah ini juga tidak menerapkan asas kesejajaran.

(9) Pak Ali mengepel lantai, menyapu halaman, dan perbaikan pintu yang rusak.

Ketidaksejajaran kalimat (9) terlihat pada ketidakkonsistenan pemakaian imbuhan, mengepel dan menyapu menggunakan awalan me-, sedangkan pada perbaikan menggunakan per-an.

Bentukan Kata
Yang dimaksud bentukan kata adalah proses pengimbuhan dan makna gramatikal imbuhan. Penerapan imbuhan mempunyai kaidah atau aturan. Melekatkankan imbuhan pada kata dasar dapat menyebabkan perubahan bentuk imbuhan bergantung pada kata dasar yang dilekatinyanya agar pengucapannya menjadi lancar. Setelah dilekatkan pada kata dasar, imbuhan akan memunculkan makna yang biasanya disebut makna gramtikal. Sering kita keliru memahami makna imbuhan tersebut sehingga pemakaian kata tersebut dalam kalimat menjadi salah.

Ketepatan Pengimbuhan
Salah satu kaidah yang perlu diingat agar pengimbuhan menjadi tepat adalah proses nasalisasi. Proses nasalisasi diambil dari istilah konsonan nasal yaitu konsonan yang dihasilkan sebab udara yang keluar dari paru-paru melalui hidung. Konsonan nasal ada empat buat, yaitu /m/, /n/, /ng/, dan /ny/. Proses nasalisasi terjadi jika awalan me- dan pe- dilekatkan kepada kata yang berfonem awal /k/, /p/, /t/, dan /s/, lalu fonem awal tersebut berubah menjadi konsonan nasal.
Contoh
me- + kirim = mengirim, /k/ pada kirim berubah menjadi /ng/
me- + pesona = memesona, /p/ pada pesona berubah menjadi /m/
me- + taati = menaati, /t/ pada taati berubah menjadi /n/
me- + sontek = menyontek, /s/ pada kata sontek berubah menjadi /ny/

Namun, me- atau pe- tidak mengalami nasalisasi jika kata yang dilekati itu berfonem awal berupa konsonan rangkap, seperti /pr/, /kr/, /tr/, dan /sk/.

Contoh
me- + protes = memprotes
me- + kritik = mengkritik
me- + traktir = mentraktir
me- + skor = menskor

Jadi, kalimat yang memiliki S-P atau kalimat sempurna tidak bisa disebut kalimat baku apabila dalam kalimat tersebut terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat.
Misalnya kalimat (10) di bawah ini

(10) Kami tidak mempercayai berita-berita tersebut lagi.
S P O

Kalimat (10) adalah kalimat sempurna, tetapi kalimat tersebut tidak disebut kalimat baku sebab terdapat kata yang salah, yaitu kata mempercayai, yang semestinya memercayai.

Ketepatan makna imbuhan
Imbuhan memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang muncul setelah imbuhan itu dilekatkan pada sebuah kata. Imbuhan tidak memiliki makna leksikal; sebuah imbuhan tidak memiliki arti apa pun sebelum imbuhan itu dilekatkan kepada sebuah kata. Kaitannya dengan kalimat baku adalah kesalahan menggunakan imbuhan akan menyebabkan makna yang terbentuk pada kalimat pun ada kemungkinan keliru.

Imbuhan me-i dan me-kan memiliki perbedaan makna meskipun dengan jumlah sedikit ada juga persamaannya. Apakah kata yang berimbuhan me-i ataukah me-kan yang harus dipergunakan dalam sebuah kalimat bergantung kepada makna keseluruhan kalimat yang ingin disampaikan.
Perhatikan pasangan kata di bawah ini.

menugasi = ‘menyerahi seseorang tugas’
menugaskan = ‘menyerahkan tugas, pekerjaan’

membawahi = ‘menempatkan diri di bawah perintah seseorang’
membawahkan= ‘menempatkan (sesuatu) di bawah’

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
(11) Presiden menugaskan Mendiknas untuk menyelesaikan kasus itu.

Kalimat (11) bukanlah kalimat baku sebab terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat, yaitu menugaskan. Seharusnya, sesuai dengan kalimat (11), kata yang tepat adalah menugasi bukan menugaskan. Perbaikan yang tepat untuk kalimat (11) sebagaimana terlihat pada kalimat di bawah ini

(11a) Presiden menugasi Mendiknas untuk menyelesaikan kasus itu.
(11b) Presiden menugaskan penyelesaian kasus itu kepada Mendiknas.

Kalimat (12) di bawah ini juga bukan kalimat baku.
(12) Presiden membawahi menteri-menteri.

Makna keseluruhan kalimat (12) di atas adalah ‘Presiden menempatkan diri di bawah perintah menteri-menteri” sehingga kalimat itu menjadi tidak baku. Oleh karena itu, perbaikan untuk kalimat (12) adalah

(12a) Presiden membawahkan menteri-menteri.
(12b) Menteri-menteri membawahi Presdien.

Kehematan
Kalimat baku pun harus memperhatikan kehematan, yaitu menghindari pemakaian kata yang mubazir. Pemakaian kata mubazir biasanya terjadi akibat adanya pleonasme atau tautologi dalam kalimat tersebut. Yang dimaksud dengan pleonasme adalah sebuah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide yang sudah jelas, sedangkan tautologi adalah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide dengan gagasan/ide lain yang memiliki makna yang sama.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
(13) Para hadirin merasa puas atas penjelasan direktur perusahaan tersebut.
(14) Saya melihat peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri.
(15) Buku kuliahnya sangat tebal sekali.

Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah
(13a) Hadirin merasa puas atas penjelasan direktur perusahaan tersebut.
(14a) Saya melihat peristiwa itu.
(15a) Buku kuliahnya sangat tebal
Read More
BELAJAR MEMBACA MELALUI SENSASI

BELAJAR MEMBACA MELALUI SENSASI

Pada bayi, informasi diterima melalui seluruh inderanya. Dan pendengaran menjadi indera yang pertama kali menyerap informasi. Bahkan sejak dalam kandungan fungsi pendengaran pada bayi sudah bekerja. Setelah itu baru indera perasa, penciuman, penglihatan dan pengecap.
Informasi yang diterima oleh indera disebut dengan sensasi. Berbagai informasi yang diterima oleh kelima indera menjadi bank data 'sensasi' yang kemudian disimpan di memorinya. Suara ibu berbicara, pelukan ayah, senyum di wajah ibu, bau badan ayahnya dll, merupakan stimulus pada bayi. Seiiring dengan terkumpulnya banyak sensasi, bayi mulai membentuk persepsi dari sensasi yang ia dapat. Saat ibu memeluk dan berkata 'sayang' maka bayi akan membentuk persepsi 'disayang'. Dan kata 'sayang' yang terucap adalah merupakan penamaan/labeling yang juga akan dimengerti oleh bayi.

Dalam belajar membaca, cara kerja kognitif anak sama seperti penjelasan di atas. Yang ditangkap pertama kali oleh anak adalah sensasinya. Misalnya kata minum, sensasinya terjadi saat cairan masuk mulut, dan kemudian ada suara yang mengatakan, bahwa itu disebut “minum'. Di lain waktu ia ditunjukkan tulisan 'minum', sensasi pada tulisan yang dilihat itu dan suara yang mengiringinya membuat ia mengenal simbol yang membentuk kata 'minum'. Di lain waktu saat ia minum air dan bersamaan dengan itu ditunjukkan tulisan “minum', memori asosiatif anak bekerja, bahwa apa yang ia lakukan dan apa yang ia lihat berarti sama, yaitu 'minum'.

Proses kerja kognitif seperti inilah yang menyebabkan pengajaran ABC secara tunggal untuk mengajarkan anak membaca kurang efektif. Karena anak tidak mengenal sensasi huruf ABC secara sendiri-sendiri. Yang lebih dikenal anak adalah kata-kata yang sering diucapkan oleh orang-orang sekitarnya, seperti makan, minum, piring, gelas, baju, celana, dan lain-lain.

Itu sebabnya, salah satu cara belajar membaca yang efektif adalah menggunakan metode flashcard. Selain menunjukkan kartu kepada anak, akan lebih efektif lagi jika flascard yang digunakan ditempelkan pada atributnya. Misalnya kata 'pintu' ditempelkan pada setiap pintu di rumah, 'lemari' ditempelkan pada lemari buku atau lemari baju, 'gelas' atau 'piring' pada peralatan makan anak. Dengan demikian, anak dapat mengenal bentuk tulisan dan cara membacanya. Dan…jangan heran jika sewaktu-waktu Anda mendengar anak Anda membaca headline di surat kabar yang Anda baca

Written By Dita Maulina
Read More
PEMBELAJARAN INQUIRY

PEMBELAJARAN INQUIRY

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” Sains. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, 1990).
Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Read More
DELAPAN KECERDASAN H. GARDNER

DELAPAN KECERDASAN H. GARDNER

Dr.Howad Gardner mengartikan kecerdasan dengan :
1.      Kemampuan menyelesaikan masalah di dalam dunia kehidupan nyata
2.      Kemampuan menemukan pokok permasalahan dari suatu kejadian.
3.      Kemampuan menciptakan masalah untuk tujuan yang konstruktif. F
4.      Kemampuan memberikan suatu produk atau jasa yang bernilai dan dapat diterima pada suatu budaya tertentu. (Gardner: 1983)

1. Logis – matematis

            Berpikir dengan (penalaran. Melibatkan masalah secara logis dan ilmiah dan kemampuan matematik.
o       Bereksperimen
o       Bertanya,
o       Menghitung,
o       Logika deduktif dan induktif,
o       Mengorganisasikan,
o       Fakta,
o       Teka-teki, dan
o       Skenario.

2. Linguistik – Verbal
            Berpikir dalam kata-kata. Mencakup kemahiran dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan  dan menafsirkan.
            Bermain Kata-kata, Berbicara, Menulis, Bercerita, mendengarkan, buku, kaset dialog, diskusi, puisi, lirik, mengeja, bahasa asing, surat, pidato dan menafsirkan.
JENIS KEGIATAN LOGICAL/MATHEMATICAL
·        Menganalisa
·        Menghitung
·        Deduksi
·        Menemukan fungsi dan hubungan
·        Memperkirakan
·        Melakukan percobaan
·        Menjelaskan sesuatu dengan jelas
·        Menemukan dan meciptakan
·        Induksi
·        Pengorganisasian, membuat batasan-batasan dan urutan-urutan
·        Bermain permainan yang membutuhkan strategi
·        Bertanya
·        Menalar secara abstrak
·        Menyeleksi
·        Menyelesaikan secara logis sesuai runtutan cerita
·        Menggunakan simbol abstrak
·        Mendaftar fakta-fakta
·        Membuat diagram
·        Memimpin sebuah percobaan
TEKNIK PENGEMBANGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS
·        Mempelajari cara menggunakan sempoa
·        Mempelajari teka-teki logika/pengasah otak
·        Mempelajari cara memecahkan masalah
·        Membentuk sebuah kelompok diskusi atau lingkaran studi
·        Mengidentifikasi prinsip-prinsip ilmiah yang terjadi di sekitaar rumah
·        Menghadapi soal matematika dalam hidup sehari-hari
·        Mencoba menghitung harta yang wajib dizakatkan perbulan
·        Mengunjungi laboratorium sains.
JENIS KEGIATAN LINGUISTIK
         Berkomunikasi
         Membuat cerita
         Berdebat, berdiskusi
         Belajar bahasa lain selain bahasanya sendiri
         Bermain permainan kata
         Membaca dengan pengertian
         Mengingat percakapan
         Mengeja dengan mudah
         Meyampaikan gurauan,…,ritme
         Mengguakan tata bahasa yang benar
         Menggunakan kosa kata yang bermacam-macam
         Menulis (deskripsi dan humor)
         Menuliskan sebuah cerita
TEKNIK PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK
         Melakukan permaina kata-kata (TTS, anagram)
         Mencintai buku
         Merekam pembicaraan sendiri dengan tape recorder
         Sering mengunjungi perpustakaan
         Berlangganan koran yang baik
         Bergabung dengan kelompok pidato atau kelompok diskusi
         Mendengarkan rekaman ahli pidato, penyair, pendongeng, dan pembicara lain yang terkenal
         Memperhatikan dialek, saya verbal, intonasi, kosa kata dan lain sebagainya
         Meyediakan waktu untuk bercerita
         Menciptakan lelucon, teka-teki, atau permainan kata
         Menggunakan salah satu kata baru dalam percakapan sehari-hari


3. Spasial – Visual
            Berpikir dalam citra dan gambar. Melibatkan kemampuan untuk memahami hubungan ruang dan citra mental, serta secara akurat mengerti dunia visual.
            Menggambar, mensketsa, mencoret-coret, visualisasi, citra, grafik, desain, tabel, seni, video dan ilustrasi.

JENIS KEGIATAN SPASIAL VISUAL
         Menghargai dan menciptakan sebuah karya arsitektur
         Mengatur dan menghias
         Membangun bangunan
         Mendesain
         Mengkoordinasikan warna
         Menciptakan dan menginterpretasikan pengaturan grafis
         Menghias, desain interior
         Membayangkan dalam detil, memvisualisasikan
         Navigasi, indera sketsa dan menggambar
         Bermain permainan spasial
         Membaca peta
         Mengingat detail visual
         Melihat perspektif orang lain
         Melihat solusi dalam suatu masalah
         Menyelesaikan puzzle
         Berfikir dalam gambar dan image
         Membuat album foto
         Menciptakan kolase membuat poster
         Menggunakan warna dan bentuk

4. Musikal – Ritmik
Berpikir dalam irama dan melodi,
         Menyanyi
         Bersenandung
         Mengetuk-ngetuk
         Irama
         Melodi
         Ketepatan 
         Warna nada
         Alat musik
         Irama 

JENIS KEGIATAN MUSIKAL
         Menyusun melodi, lirik
         Bersenandug
         Mengidentifikasikan alat musik
         Mengingat suatu ritme
         Belajar melalui sebuah lirik
         Memperhatikan dan menghargai sebuah musik
         Belajar dengan menggunakan telinga
         Bermain alat musik
         Membaca dan menulis musik
         Mengenali melodi, nyanyian dan gubahan
         Menyanyi rap
         Bernyanyi dengan nada yang tepat
         Bertepuk tangan dan kaki
         Mengerti kosep musik
         Mengubah kata ke lagu
         Menciptakan kolaborasi musik
         Menemukan judul lagu yang menjelaskan isi lagu
         Menciptakan permainan lagu
         Mengidentifikasi musik yang dapat membantu proses belajar
TEKNIK MENGEMBANGKAN KECERDASAN MUSIKAL
         Sering bersenandung
         Bermain musik dengan teman
         Bergabung dengan padua suara di sekolah
         Mengikuti pelajaran formal musik
         Meluangkan waktu selama satu jam setiap hari untuk mendengarkan musik
         Membiasakan untuk belajar, bekerja, atau makan, dengan diiringi musik, pada waktu yang biasanya tenang
         Mencari musik kegemaran semasa kanak-kanak
         Mengarang lagu ciptaan sendiri
         Mengadakan diskusi bersama tentang musik

5. Interpersonal
            Berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. ini memacu pada “Ketrampilan Manusia”.
         Memimpin
         Mengorganisasi
         Berinteraksi
         Berbagi
         Menyayangi
         Berbicara
         Sosialisasi
         Manipulasi menjadi pendamai
         Permainan kelompok
         Klub dan lain-lain.



6. Intrapersonal

Berpikir secara reflektif.
         Introspeksi dan intuisi
         Mengetahui dan mengatur suasana hati dan perasaan
         Mengetahui kekuatan dan kelemahan
         Memotivasi diri sendiri
         Membuat tujuan yang realistik
         Berpikir tentang apa yang orang lain pikirkan
         Mengerti konflik dan motivasi di dalam diri.

7. Badan Kinestetik
            Berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik.

 Menari  
 Berlari 
Melompat 
Menyentuh 
 Menciptakan 
 Mencoba
Mensimulasikan 
Merakit / membongkar 
  Bermain drama,
 Permainan dan lain-lain.

8. Naturalis
Berpikir dengan acuan alam.

  • Jalan-jalan di alam terbuka
  •  Berinteraksi dengan binatang
  • Pengkategorian 
  •  Menatap binatang
  •  Meramal cuaca
  •  Simulasi 
  •  Penemuan 



Tidak semua kecerdasan itu dapat kuat pada setiap anak. Jadi masing-masing dari kita mempunyai kekuatan dan kelemahan yang alami pada 8 kecerdasan berganda Gardner ini.

  • Tidak semua orang punya minat dan kemampuan yang sama.
  • Tidak semua dari kita belajar dari cara yang sama. 
  •  Penemuan 


Read More